Malam Lailatul Qadar. Sahabat SE kali ini admin akan membahas mengenai malam Lailah al-qadar atau malam lailatul qadar senantiasa menjadi pembicaraan, khususnya pada bulan Ramadan. Hal ini disebabkan fadhilah serta kebaikan yang bisa didapatkan pada malam itu. Lailah al-qadar ada dua macam, lailah al-qadar pada waktu turunnya al-Quran secara sekaligus dan lailah al-qadar yang dijanjikan akan terjadi setiap bulan Ramadan.
Bacaan Surat Al - Qadar
Bacaan Surat Al - Qadar
Firman Allah swt :
{ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ }
{ وَمَا أَدْرَا كَ مَا لَـيْلَةُ القَدْرِ }
{ لَـيْلَةُ القَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْـفِ شَـهْرٍ }
{تَنَـزَّلُ المَلآئِكَةُ وَالرُّوحُ فِـيهَا بِـإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ }
{سَلاَمٌ هِيَ حَـتَّى مَطْلَـعِ اْلـفَجْرِ }
Sesungguhnya kami telah menurunkan dia (Al-Quran) pada malam kemuliaan
Dan apakah engkau sudah mengetahui apa ýýmalam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu, lebih utama daripada seribu bulan.
Turun malaikat dan ruh padanya dengan izin Tuhan mereka (dengan membawa pokok-pokok) dari setiap perintah (hukum-hukum yang perlu bagi dunia dan akhirat).
Sejahteralah ia sampai terbit fajar.[1]
{ شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَاْلفُرْقَانِ}
Bulan Ramadan yang diturunkan padanya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, keterangan-keterangan petunjuk itu, dan pemisah antara yang haq dan yang batal[2].
{ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ }
Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada malam yang diberkahi[3]
{ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الفُرْقَانِ يَوْمَ التَقَى الجَمْعَانِ }
Dan apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami pada hari Al-Furqan (pemisah antara yang haq dan yang batal) hari bertemunya dua pasukan (perang Badar) [4]-
Surat dan ayat-ayat di atas menunjukkan turunnya Al-Quran secara sekaligus. Para ulama menegaskan bahwa itu turunnya Al-Quran dari Lauhul Mahfudh ke Bait al-‘Izzah di Samaud dunya. Syekh Mushthafa al-Maragi menjelaskan :
Surat Al-Qadr menegaskan, bahwa turunnya Al-Quran itu pada malam Lailah al-qadar. Ayat ad-Dukhan menguatkan dan menjelaskan, bahwa turunnya (Al-Quran) itu pada malam yang diberkahi. Ayat yang terdapat pada surat al-Baqarah menunjukkan bahwa turunnya al-Quran itu pada bulan Ramadan. Dan ayat pada Surat al-Anfal menunjukkan, bahwa turunnya Al-Quran itu pada hari yang sama (nama harinya) dengan hari bertemunya dua pasukan besar pada perang Badar yang pada hari itu Allah memisahkan yang haq dan yang batal. Maka jelaslah bahwa malam itu adalah malam Jum’at tanggal 17 Ramadan[5]
Tentang hal ini Ibnu Abbas pernah ditanya :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ (رضه) أَنَّهُ سَأَلَهُ عَطِيَّةُ بْنُ الاَسْوَدِ قَالَ: أَوَقَعَ فِي قَلْبِي الشَّكُ قَوْلُهُ تَعَالَى - شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ اْلقُرْآنُ- وَقَوْلُهُ : إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِيْ لَيْلَةِ القَدْرِ وَهذَا أُنْزِلَ فِي شَوَّالٍِ وَذِي القَعْدَةِ وَذِي الحِجَّةِ وَفِي المُحَرَّمِ وَالصَّفَرِ وَشَهْرِ رَبِيْعٍ، فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: إِنَّهُ أُنْزِلَ فِي رَمَضَانَ فِي لَيْلَةِ القَدْرِ جُمْلَةً وَاحِدَةً ثُمَّ أُنْزِلَ عَلَى مَوَاقِعِ النُّجُومِ رَسَلاً فِي الشُّهُورِ وَالأَيَّامِ.
Dari Ibnu Abas r.a, bahwa ia pernah ditanya oleh Athiyah bin Al- Aswad, ia berkata,”Aku ragu-ragu tentang firman Allah swt.
-Syahru Ramadan alladzi unzila fihi al-Quran- dan Firman Allah -Inna anzalna hufi lailatil qadr- turunnya itu pada bulan Syawal, Dzul qa’dah, Dzul hijjah, Muharam, Shafar, dan Ar-rabi’ ?” Ibnu Abas menjawab,” Bahwa (al-Quran) itu diturunkan pada bulan Ramadan pada malam lailah al-qadar secara sekaligus, kemudian diturunkan lagi atas kejadian-kejadian bintang-bintang secara berangsur pada bulan-bulan dan hari-harinya.[6]”
Sekedar tambahan keterangan, bahwa pada pokoknya
Al-Quran tiga kali diturunkan. Pertama, Al-Quran diturunkan dari Allah ke Lauhul Mahfudz, lalu dari Lahuhul Mahfudz ke sama ad-dunya (langit dunia) secara sekaligus, dan terakhir dari sama ad-dunya ke dunia ini dengan cara berangsur selama masa kenabian, periode Makah dan Madinah.
Kesimpulan :
Lailah al-qadar ketika turunnya Al-Quran secara sekaligus dari Lauh al-Mahfud ke Bait al-‘Izzah di ke samaud dunya adalah pada malam lailah al-qadar yang diberkahi, dengan nama hari yang sama dengan nama hari terjadi perang Badar yaitu malam Jum’at tanggal 17 Ramadan tahun.
Pada Setiap Bulan Ramadan
Tentang lailah al-qadar yang dicari setiap Ramadan, Rasulullah Saw. memerintah kaum muslimin untuk selalu mencarinya. Di dalam sebuah hadits diterangkan :
إِلْتَمِسُوهَا فِي العَشْرِ الأَوَاخِرِ.
Maka carilah oleh kalian pada sepuluh (malam) terakhir”
-H.R. Muslim dan Abu Daud-[7]
Bahkan pertanyaan seorang sahabat kepada Rasululalh saw. tentang lailah al-qadar diterangkan dalam hadits berikut :
عَنِ ابنِ عُمَرَ (رضه) قَالَ : سُئِلَ رَسُولُ اللهِ (صلعم) وَ أَناَ أَسْـمَعُ عَنْ لَيْلَةِ القَدْرِ فَقَالَ: هِيَ فِي كُلِّ رَمَضَانَ. - ابو داود و الطبراني -
Dari Ibnu Umar r.a., ia mengatakan “Rasulullah saw. ditanya, dan aku mendengarnya tentang lailatul qadar. Sabdanya, ‘Lailatul qadar itu ada pada tiap bulan Ramadlan.” -Abu Daud dan Ibnu Abu Syaebah-[8]
Maka berdasarkan kedua keterangan ini lailah al-qadar yang harus dicari itu adanya pada setiap bulan Ramadan, lebih tepatnya pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Bahkan di dalam hadits lain diterangkan :
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ (صلعم) كَانَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ َشَدَّ مِئْزَرَهُ وأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ - متفق عليه -
Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah saw. apabila memasuki sepuluh terakhir Ramadan, beliau tidak tidur dan membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya. -Muttafaq Alaih-[9]
Sikap Rasululah saw. dalam mencari dan mendapatkan lailah al-qadar pada sepuluh hari terakhir setiap bulan Ramadan, lebih tampak lagi dengan ajakannya kepada keluarganya untuk bangun melaksanakan shalat yang lebih giat dari malam-malam sebelumnya. Tentang apa dan bagaimana sifat lailah al-qadar yang senantiasa di cari ini, ada baiknya diperhatikan peristiwa berikut :
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ (رضه) قَالَ : خَرَجَ نَبِـيُّ اللهِ (صلعم) فَقَالَ : خَرَجْتُ ِلأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فَتَلاَحَى رَجُلاَنِ مِنَ اْلمُسْـلِمِينَ فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ فَرُفِعَتْ،وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالخَامِسَةِ. - رواه البخاري -
Dari Ubadah bin Shamit ra, ia mengatakan, “Nabi Allah saw. keluar untuk memberi tahu kami tentang lailatul Qadar, namun dua orang dari muslimin bertengkar. Beliau bersabda,’Saya keluar untuk memberi tahu kalian tentang lailah al-qadar, tetapi si fulan dan si fulan bertengkar. Maka diangkatlah dariku, tetapi mudah-
mudahan jadi lebih baik bagi kamu. Maka carilah pada malam kesembilan, ketujuh dan kelima".-H.R. al-Bukhari-[10]
Maka lailah al-qadar yang dimaksud tidak sempat dijelaskan dengan lebih terperinci oleh Rasulullah saw. sehinggga hal itu senantiasa dipertanyakan. Tetapi yang jelas mengenai fadhilah dan keutamaannya tergambar pada sikap beliau ketika menghadapi sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, yang padanya akan terdapat lailah al-qadar. Maka dapat disimpulkan bahwa Rasululah saw. sendiri tidak diberi tahu apa dan kapan tepatnya terjadi lailah al-qadar.
Diangkatnya kembali lailah al-qadar dan tidak terjadinya penjelasan, sebabnya adalah perkelahian antara dua orang laki-laki di hadapan Rasululah saw. Maka hal ini menunjukkan bahwa lailah al-qadar tidak layak hadir di antara orang yang sedang berkelahi.
Al-Bukhari menetapkan di dalam kitab shahihnya,” Bab diangkatnya lailah al-qadar disebabkan pertengkaran manusia”
Maka dengan tidak adanya penjelasan, Rasulullah saw. berharap akan lebih baik untuk kita. Karena itu, marilah kita perhatikan lagi sabda Rasulullah saw. di bawah ini
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ (رضه) أَنَّ رَسُولَ اللهِ (صلعم) : الصِّـيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِماً فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْـهَلْ فَإِنِ امْرُؤٌ قَـاتَلَهُ أَوْشَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَتَيْنِ. وَالَّذِي نَـفْسُ مُحَمَّدٍ بِـيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ اْلمِسْكِ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي، اَلصِّياَمُ لىِ وَأَناَ أَجْزِيْ بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا. -رواه البخارى -
Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Saum itu adalah perisai. Bila seseorang sedang saum, maka jangan rafats (kotor dalam kata-kata) dan jangan yajhal (bersikap bodoh), bila ada seseorang yang mau berkelahi atau memarahinya, maka hendaklah ia katakan' Sesungguhnya ‘Saya sedang shaum’ dua kali. Dan demi yang diri Muhammad pada tangan kekuasaan-Nya, pastilah mulut yang saum itu lebih wangi menurut pandangan Allah daripada minyak misk (kasturi), karena ia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena-Ku. Saum itu untuk-Ku dan Akulah yang memberi pahalanya, dan kebaikan itu (dipahalai) dengan sepuluh kali lipat. -H.R. alBukhari[11]
Kesimpulan :
- Lailah al-qadar pasti adanya, sangat penting bagi segenap muslimin
- Lailah al-qadar yang terjadi ketika turunnya al-Quran menjadi malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Tetapi hal itu hanya terjadi satu kali, tidak akan terulang lagi.
- Lailah al-qadar yang dicari pada setiap Ramadan pasti adanya. Hal itu akan didapatkan oleh muslim yang pada siang harinya saum dan pada malam harinya shalat tarawih yang motivasinya hanya keimanan dan mengharap ridha Allah swt. Maka ia akan mendapatkan ridha serta magfirah dari Allah swt, dan akan mendapat pelipat gandaan dari semua kebaikannya.
[1] Q.S.Al-Qadar : 1-5
[2] Al-Baqarah : 185
[3] Ad-Dukhan : 3
[4] Al-Anfal : 41
[5] Tafsir al-Maragi, X : 207
[6] Al-Hakim, II : 222, Al-Mustadrak. Al-Baehaqi III : 338. no. 3659, Al-Sunanul Kubra.
[7] Shahih Muslim I : 523. no. 1165, Sunan Abu Daud I : 324
[8] Sunan Abu Daud I : 325. no. 1387. Mushanaf Ibnu Abu Syaebah II : 489. Tafsir Ath-Thabari XXX : 259
[9] Al-Fath al-Rabani, X : 263. no. 318. Fath al-Bari, IV : 338. no. 2024. Shahih Muslim, I : 528. no. 1176
[10] Fath al-Bari, IV : 337. 2023. Dan masih ada beberap riwayat al-Bukhari yang menerangkan dihilangkannya rincian keterangan tentang lailah al-qadar dari ingatan Nabi saw.. Antara lain dengan kata-kata sudah diperlihatkan kepadaku kemudian aku dilupakannya, no.2018
[11] Fath Al-Bari IV : 130
Tulisan : Ustad. A Mukhtar
Demikianlah Pembahasan mengenau Doa Malam Lailatul Qodar, Mudah-mudah bermanfaat dan jadi ilmu buat kita semuanya, terimakasih