Bacaan Doa Ulang Tahun. Sobat Budiman Untuk Memperingati tanggal lahir atau sering dikenal dengan istilah ulang tahun (milad) bagi sebagian orang memang dianggap sebagai hal yang cukup penting, tapi ada sebagian orang menganggap hal tersebut termasuk Tasabut, Dengan berlandaskan dalil. Katanya Melalui peringatan ulang tahun, seseorang diharapkan akan semakin menyadari jika umurnya terus berkurang, sehingga kesempatannya untuk hidup di dunia akan semakin sedikit.
kebiasaan masa kini, dalam peringatan ulang tahun (milad), Biasa ada harapan dan doa, bagi orang yang melakukannya, tapi tergantung pandangan masih-masing, Justru Kita sebagai manusia harus senantiasa bermuhasabah diri untuk terus memperbaiki hidup kita kearah yang positif yang lebih baik lagi, Diantara doa ulang tahun yang dilakukan sebagian orang dengan Doa
Bacaan Doa Ulang Tahun
A. Doa Ulang Tahun : Memohon Panjang UmurHal pertama yang sering diharapkan dan diminta oleh seorang yang tengah ulang tahun adalah memiliki umur yang panjang, umur yang berkah, dan umur yang bermanfaat. Oleh karena itu, pada tahap pertama ini kami sampaikan doa ulang tahun untuk memohon panjang umur dengan bacaan sebagai berikut:
Latinnya : “Allahumma, Thowwil Umuuronaa, Wa Shohhih Ajsaadanaa, Wa Nawwir Quluubanaa, Wa Sabbit Imaananaa, Wa Akhsin A'maalanaa, Wa Wassi Arzaqonaa, Wa Ilalkhoiri Qorribnaa, Wa 'Anisysyarri Ab' Idnaa, Waqdhi Khowaa-Ijanaa Fiddiini, Waddunyaa, Wal Aakhiroti Innaka 'Alaakulli Syai-In Qodiir”
Artinya : “Ya Allah, panjangkan umur kami, sehatkan badan kami, terangi hati kami, tetapkan iman kami, baikkan amalan kami, luaskan rezeki kami, dekatkan kami pada kebaikan, dan jauhkan kami dari kejahatan, kabulkan segala kebutuhan kami, baik dalam agama, dunia, maupun akhirat. Sesungguhnya Kau adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
B. Doa Ulang Tahun :Biasa nya memohon keselamatan dengan doa bawah ini:
Latinnya : “Allahumma Innaa Nas Aluka, Salaamatan Fid Diin, Wa 'Aafiyatan Fil Jasad, Wa Ziyaadatan Fil 'Ilmi, Wa Barokatan Fir Rizq, Wa Taubatan Qoblal Maut, Wa Rohmatan 'Indal Mauti, Wa Maghfirotan Ba'dal Mauti.“
Artinya : “Ya Allah kami memohon kepadaMu, keselamatan di dalam agama, kesejahteraan pada tubuh, penambahan ilmu, keberkahan rizqi, taubat sebelum mati, rahmat di waktu mati, dan keampunan setelah mati. “
C. Doa Ulang Tahun : Mendoakan suapaya anak itu menjadi anak yang sholeh.
Latinnya : “Robbi Hablii Mil Ladunka Dzurriyyatan Thoyyibatan. Innaka Samii'ud Du'aa.”
Artinya : “Ya Alloh, Ya Tuhanku, berilah aku seorang anak yang soleh. Sesungguhnya Kau adalh Dzat Yang Maha Pendengar Doa.”
D. Doa Ulang Tahun : Memohon supaya keluarga menjadi qorrota ain,
Latinnya : “Robbanaa, Hablanaa Min Azwaajinaa, Wa Dzurriyyaatinaa, Qurrota A'yun, Waj-'Alnaa Lilmuttaqiina Imaama.“
Artinya : “Ya Alloh, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah pada kami, istri-istri dan anak cucu sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.”
Dari penjelas doa-doa yang admin kutip memang cukup berbobot istemawa, tapi yang jadi permasalahannya, karena ada waktu yang dutentukan, Padahal doa-doa tersebut sebenarnya tidak usah dibacaan pada hari ulang tahun, tapi setiap hari setelah selesai sholat atau waktu yang diijabah oleh Allah.
Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka kita bagi dalam dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama, perayaan tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan keyakinan hal tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama, karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]
Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)
Kemungkinan kedua, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied, misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka Islam pun memiliki Ied sendiri. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا
“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]
Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,
من تشبه بقوم فهو منهم
“Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]
Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya,
والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما
“Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72]
Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atas adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masa Jahiliyah.
Jika ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya, seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin -rahimahllah- menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.
Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id](islam.or.id)
Sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, Sebentulnya ada beberapa cara untuk mensyukuri kehidupan, Yang pertama Kita senantiasa melakukan pendekatan kepada Allah, dengan cara memanfaatkan kesempatan yang ada di hadapan kita untuk ibadah dan terus kepada Allah, Yang kedua Dengan mengucapkan Kalimat Hamdalah, itu merupakan kalimat rasa syukur kita kepada Allah, Yang ketiga Kita senantiasa hidup lurus, tadinya hidup kita bengkok kita bikin lurus memperbaiki hal yang negative dalam diri searah yang positif, seandainya hidup kita udah lurus maka jangan sekali-kali kita berngkoka, tapi tetaplah istiqomah, konsisten. dan lain sebagainya.
Demikianlah ulasan mengenai Doa Ulang Tahun, Mudah-mudah dapat dimengerti dan difahami tidak setiap pekerjaan yang menurut baik, Allah dan rosulnya setuju dengan kita, Yang jelasnya kita senantiasa patuh dan taat kepada Allah dan Rosulnya. dengan cara mengikuti jejaklangkah beliau melaui hadist yang diterima dari sahabat, Rosululloh SAW. Mudah-mudahan bermanfaat. Terimakasih